Setiap pulang sekolah Sherly selalu membantu neneknya membuat kue untuk dijual di “Irinne Bakery” yang tidak lain adalah toko milik nenek Irinne.
Suatu hari ketika Sherly pulang, ia terkejut karena toko nenek sudah buka dan nenek telah berdiri di balik etalase. “Klining….” Terdengar bunyi lonceng yang berarti pintu toko terbuka,
“siang nek, tumben tokonya sudah dibuka ?” Tanya Sherly heran,
“iya, tadi nenek menunggu kamu pulang, tapi kamu tak kunjung datang” jawab nenek,
“iya nek, tadi Sherly ada tambahan.” Tambah Sherly.
“ya sudah tak apa, kamu ganti baju dulu gih!” kata nenek.
Setelah Sherly ganti baju, tiba-tiba kakek memanggil,
“Sherly… kemari, nak!” kata kakek,
“ya kek…” jawab Sherly seraya berlari kearah kakek,
“cucuku yang paling manis, Bantu kakek beres-beres gudang ya ?” pinta kakek sambil mengelus rambut Sherly,
“iiih… kakek, kepala Sherly jangan digituin dong, Sherly udah bukan anak kecil, kek!” jawab Sherly sambil berpura-pura marah,
“iya…iya…” jawab kakek’
“ya udah Sherly mau bantu” kata Sherly sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.
Kakek hanya membalas dengan senyuman.
Sesampainnya di gudang, Sherly mulai membersihkan figura yang tergeletak di lantai,
“kek, ini foto kelurga ya, kok nggak di taruh di ruang tengah ?” Tanya Sherly,
“oh iya, ruang tengah masih kosong ya.” Jawab kakek sambil menepuk dahinya,
“kek, ini mama dan tante Vero waktu masih kecil ya,mama mirip aku ya?” Tanya Sherly lagi,
“iya,mirip sekali hanya saja kamu lebih tomboy.”jawab kakek.
Sherly dan kakek melanjutkan bersih-bersih. Sherly melihat almari tua yang menurutnya unik, lalu ia mendekati almari itu dengan wajah penasaran, “kreeet…” pintu almari terbuka, debu berterbangan, di dalam almari tampak banyak baju-baju bekas,
“kek, ini baju-baju siapa ?” Tanya Sherly,
“oh, itu baju-baju bekas mama kamu dan tante Vero.” Jawab kakek sambil sibuk membuka kardus tua berisi surat-surat,
Karena menurut Sherly baju-baju tersebut masih bagus,ia berniat menaruhnya di kardus, saat ia menarik baju itu, “bluk…” sebuah buku terjatuh, Sherly memungut dan membersihkan buku tersebut, di cover buku tertulis “DIARY 365 milik: Anastasia Jose”,
“ini diary milik mama!” kata Sherly,
“ada apa nak ?” Tanya kakeh heran,
“enggak ada apa-apa!’ jawab Sherly sambil memasukkan diary itu ke dalam kardus.
“nak, sudah sore, kita turun yuk!” ajak kakek,
“ya kek, lagian Sherly juga udah capai” jawab Sherly sambil mengankat kardus berisi baju tadi,
“hati-hati nak, tangganya sudah tua seperti kakekmu ini” jawab kakek sambil tertawa, Sherly hanya menjawabnya dengan senyum.
Setelah sampai di kamarnya, Sherly mengunci pintu dan duduk di tepi ranjangnya, ia mulai membaca isi diary itu,
Apa kabar Bandung, apakah kau masih seperti dulu, apakah kau masih seramai dulu, dan apakah kau masih menjadi kota fashion, aku rindu hal-hal di Bandung, keluarga,bunga-bunga nan indah,puncak, dan lainnya. Walaupun kata orang, London kota yang indah, namun bagiku Lodon bagai neraka, tak ada yang peduli padaku, semua orang sibuk dengan diri mereka sendiri, mereka terlalu egois. Andai saja Mama dan Papa mengizinkan aku kuliah di Bandung dan tidak memaksaku kuliah di sini, pasti aku tak akan semenderita ini, huh… tapi itu hanya impian belaka, andai aku bisa pulang ke Bandung, tapi itu tidak mungkin, lagi pula jika aku pulang, pasti akan terjadi perang dunia antara aku dan Papa.
London, 2 Juni 1994, 12.00 a.m
“huh… kasian mama, apa kakek dan nenek setega itu ?” gumam Sherly, lalu ia kembali membaca diary itu,
Dear Diary,
Hari ini adalah hari yang menegangkan karena hari ini aku akan melangsungkan pernikahan dengan pemuda London bernama Peter, dialah orang pertama yang membuat aku nyaman dan merasa aman jika disampingnya, semoga ini menjadi jembatan penyatu antara aku dan Papa.
London, 12 Dec 1995,08.00 a.m
Dear Diary,
Do’aku terkabul, kini aku dan Papa telah berdamai, aku bersyukur karena bukan hanya berdamai dengan Papa tapi aku juga telah dikaruniai putri yang aku beri nama “Lorensia Sherly Jose” yang kini berumur satu bulan tepat hari ini.
London, 2 Juli 1997, 12.00 p.m
Ketika Sherly selesai membaca tiba-tiba,
“makan malam siaaap…” teriak nenek dari ruang makan,
Sherly melirik kearah jam snoppynya, ternyata sudah pukul tujuh malam, Sherly menaruh diary itu di dalam laci meja belajarnya, dan bergegas menuju ruang makan.
Seperti biasa, Kakek,Nenek,dan Sherly duduk bersama di meja makan, selesai makan mereka bercakap-cakap,
“kek, Sherly boleh nggak pindah kamar, soalnya Sherly udah bosen di situ terus.” Pinta Sherly,
“memangnya kamu minta pindah ke mana ?” tanya kakek,
“ke gudang.” jawab Sherly,
“memangnya kamu tidak takut pindah ke loteng ?” tanya nenek,
“kenapa harus takut ?” jawab Sherly sambil mengedipkan sebelah matanya,
“ya sudah kalau begitu besok kamu kemasi barang-barang di kamarmu ya!”jawab kakek.
“oh iya nenek hampir lupa, besok mama dan papa kamu pulang.”kata nenek,
“horeee…”teriak Sherly kegirangan,
“ppppsssstttt….ini sudah malam, ayo berangkat tidur, jangan lupa gosok gigi ya!”kata kakek mengingatkan.
Hari yang dinantikan Sherly pun tiba, “diin…diin…” terdengar klakson mobil dari luar, Sherly langsung berlari keluar, namun, ia kaget karena mama turun dari taxi menggendong bayi,
“mama ini siapa ?”Tanya Sherly,
“ini Shella, dia adik kamu” jawab mama,
Mama tahu kalau Sherly agak terkejut dan marah karena Sherly pernah bilang ia ingin jadi anak tunggal. Sherly berlari ke kamar dan ia mengambil diary mamanya dan menulis keluh kesahnya itu, saat Sherly sedang menulis tiba-tiba mama masuk,
“Sherly ? kamu kenapa, nak ?” Tanya mama,
“nggak apa-apa kok,ma” jawab Sherly sambil berusaha menyembunyikan diary itu namun “bluk…” buku itu terjatuh,
“Oops!!!” kata Sherly sambil menepuk dahinya,
“apa itu,nak ?” Tanya mama sambil mendekati diary itu dan memungutnya,
“Sherly, ini kan diary mama, kamu dapat dari mana ?” Tanya mama,
“mama, Sherly dapet itu di almari tua di gudang, maafin Sherly ya ma, Sherly udah lancang baca-baca diary ini.” Jawb Sherly dengan nada sedih,
“ya sudah tak apa, bahkan itu boleh kamu jadikan diary kamu. Asalkan jangan bilang siapa-siapa isinya”jawab mama sambil menutup pintu kamar Sherly.
Mulai saat itu, mama dan papa Sherly tinggal di tempat nenek dan kakek, Sherly telah lulus dan melanjutkan di SMP Tunas Harapan, dan ia sudah mengakui Shella sebagai adiknya.
☺☻☺